BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata dalam
bahasa Indonesia terdiri atas satu suku kata atau lebih. Kata dibentuk dari gabungan
bermacam-macam suku kata. Suku kata
dalam bahasa Indonesia terdiri atas 11 macam bentuk suku kata. Istilah kata
sering kita dengar dan gunakan. Dalam tata bahasa tradisional sebagai satuan
lingual yang selalu dibicarakan adalah satuan yang disebut kata . Apakah kata itu, bagaimana kaitannya dengan
morfem, bagaimana batasan, bagaimana penentuan serta klasifikasi kata tersebut.
Malah barangkali kata kata ini hampir
setiap hari dan setiap saat digunakan dalam segala keperluan dan kesempatan.
Tetapi kalau ditanya apakah kata itu?
Maka jawabnya barangkali tidak semudah menggunakannya. Para linguis yang
sehari-hari yang bergelut dengan bahasa ini, hingga dewasa ini, kiranya tidak
pernah mempunyai kesamaan pendapat mengenai konsep apa yang disebut kata.
Konsep kata yang sering kita jumpai dalam berbagai
buku linguistik adalah bahwa kata merupakan bentuk yang ke dalam mempunyai
susunan fonologi yang stabil dan tidak berubah dan keluar mempunyai mobalitas
di dalam kalimat. Dal studi kelas kata . Dalam studi kelas kata, konsep kata
perlu dijelaskan tanpa harus mengabaikan tentang ciri-ciri kata. Kata harus
dilihat sebagai satuan sintaksis, bukan sebagai satuan leksikal atau semantis.
Jadi kata berbeda leksem dan semem. Bila ada penulis yang mendefinisikan “
kata” benda sebagai kata yang menyatakan benda atau yang dibendakan manakala
membuat kategorisasi semem, bukan kata sebagai satuan sintaksis, kata hanya
salah satu tataran dari gramatikal.
|
|
Berdasarkan uraian di atas dapat kita lakukan beberapa
kajian yang berkenaan dengan hakikat kata, batasan kata, penentuaan dan
pembentukan kata, serta klasifikasi kata. Yang mana berbagai sumber yang dicari
berdasarkan sumber-sember yang sudah ada seperti referensi dari buku dan sumber
lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
- Bagaimana hakikat kata ?
- Bagaimana batasan dalam kata ?
- Bagaimana cara pembentukan kata ?
- Bagaimana klasifikasi kata ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagi
berikut :
- Untuk mengetahui bagaimana hakikat kata
- Untuk mengetahui bagaimana batasan dalam kata
- Untuk mengetahui bagaimana cara pembentukan kata
- Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi kata
1.4 Manfaat Penulisan
Secara sederhana makalah ini dapat bermanafaat bagi
beberapa pihak antara lain :
-
3
Dengan adanya penulisan makalah ini penulis harapkan
mahasiswa khususnya program studi pendidikan bahasa Indonesia dapat mengetahui
bagaimana hakikat kata, bagaimana batasan dalam kata, bagaimana cara pembentukan
kata, serta bagaimana klasifikasi kata.
- Dosen
Dengan adanya makalah ini penulis harapkan para dosen bisa
mengetahui lebih jauh lagi tentang kata walaupun
sebelumnya sudah mengetahui apakah kata itu ? tetapi penulis harapkan makalah
ini dapat memperbanyak dan menambah ilmu pengetahuan tentang kata bagi para dosen..
- Penulis
Dengan adanya makalah yang penulis tulis. Maka makalah
ini dapat bermanfaat bagi penulis untuk mengetahui berbagai macam persoalan
tentang pembahasan kata. Dari
pembahasan yang belum penulis ketahui maupun sudah diketahui. Serta makalah ini
dapat menambah ilmu pengetahuan bagi penulis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Kata
Istilah
kata sering kita dengar dan gunakan. Malah barangkali kata kata ini hampir setiap hari dan setiap saat digunakan dalam segala
keperluan dan kesempatan. Tetapi kalau ditanya apakah kata itu ? Maka jawabnya barangkali tidak semudah menggunakannya.
Para linguis yang sehari-hari yang bergelut dengan bahasa ini, hingga dewasa
ini, kiranya tidak pernah mempunyai kesamaan pendapat mengenai konsep apa yang
disebut kata. Menurut
KBBI (2008 : 633) “kata
merupakan morfem atau kombinasi morfem yang oleh bangsawan dianggap sebagai
satuan terkecil yang dapat diujarkan dalam bentuk bebas atau satuan bahasa yang
dapat berdiri sendiri yang terjadi dari morfem tunggal atau gabungan morfem”.
Kata kata dari bahasa Melayu dan
Indonesia diambil dari bahasa Sanskerta katha.
Dalam bahasa Sansekerta, katha bermakna
“konversasi”,”bahasa”,”cerita”atau “dogeng”.
Para tata bahasawan tradisional biasanya memberi pengertian
terhadap kata berdasarkan arti dan ortografi. Kata adalah satuan bahasan yang
memiliki satu pengertian atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua
spasi, dan mempunyai satu arti.
Para tata bahasawan struktural terutama penganut
Bloomfield memberi pengertian tentang kata berdasarkan batasan kata yang dibuat
mereka . Kata merupakan satuan bebas terkecil ( a minimal free from ) tidak pernah diulas atau dikomentari,
seolah-olah batasan itu bersifat final.
Selanjutnya menurut Abdul Chaer ( 2008 : 63) kata merupakan bentuk yang ke dalam mempunyai susunan fonologi yang
stabil dan tidak berubah dan keluar mempunyai mobilitas dalam kalimat.
Hal senada juga dinyatakan dalam buku Prof. Dhs. M.
Ramlan (2009 : 33) kata merupakan satuan
bebas yang palin terkecil.
|
|
2.2 Batasan Kata
Dalam
pembentukan kata terdapat beberapa macam batasan kata yaitu sebagai berikut :
- Setiap kata mempunyai susunan fonem yang urutannya tetap dan tidak berubah serta tidak dapat diselipi atau diselang oleh fonem lain. Misalnya kata sikat , urutan fonemnya /s/,/i/,/k/,/a/,dan /t/. Urutan itu tidak dapat diubah misalnya menjadi /s/,/k/,/a/,/i/,dan /t/ atau diselipi fonem lain.
- Setiap kata mempunyai kebebasan berpindah tempat di dalam kalimat, atau tempatnya dapat diisi atau digantikan oleh kata lain atau juga dapat dipisahkan dari kata lainnya. Misalnya kaliamat nenek membaca komik itu kemarin. Kalimat itu terdiri dari lima kata yaitu nenek, membaca, komik, itu, dan kemarin. Posisi kata kemarin dapat dipindahkan, umpamanya menjadi kemarin nenek membaca komik itu.
2.3 Penentuan atau Pembentukan Kata
Pembentukan
kata mempunyai dua sifat yaitu sebagai
berikut :
- Inflektif
Inflektif merupakan perubahan bentuk kata dalam bahasa
fleksi yang menunjukkan berbagai hubungan gramatiakal seperti deklinasi,
nomina, pronomina, adjektiva dan konjungasi. Kata-kata
dalam bahasa-bahasa berflektif, seperti bahasa Arab, bahasa Latin, dan bahasa
Sanskerta, untuk dapat digunakan di dalam kalimat harus disesuaikan dulu
bentuknya dengan katagori-katagori gramatika yang berlaku dalam bahasa itu.
Alat yang digunakan untuk penyesuaian bentuk itu biasanya berupa afiks, yang
mungkin berupa prefiks, infiks, dan sufiks atau juga
berupa modifikasi internal,yakni perubahan yang terjadi di dalam bentuk dasar
itu.
|
Verba bentuk infinitif bahasa Latin amare
‘mencintai’ untuk pesona pertama tunggal,modus indikatif aktif
,bentuknya untuk kala
(tense) yang berbeda adalah sebagai berikut:
Kata Bentuk Arti
Presen amo aku
mencintai
Futura amabo aku akan mencintai
Perfekta amavi aku
(telah) mencintai
Sedangkan
untuk kala kini (present) modus
indikatif untuk pesona yang berbeda,
bentuk amare itu akan menjadi sebagai
berikut:
Orang I tunggal amo saya
mencintai
Orang I jamak amamus kami (kita) mencintai
Orang II tunggal amas engkau
mencintai
Orang II jamak amatis kamu (sekalian) mencintai
Bentuk-bentuk kata yang berbeda itu
seperti amo, amamus, amas, dan amatis sesungguhnya
memilliki identitas leksikal yang sama. Jadi, berarti adalah sebuah kata yang
sama hanya bentuknya saja yang berbeda.
Deklinasi atau perubahan bentuk pada
kata benda kita lihat contoh dari bahas Latin. Untuk kasus nominal tunggal dan
jamak sebagai berikut:
Tunggal
Nominatif : dominus ‘tuhan’ (subjek)
Genitif : dominasi
liber ‘buku (milik) tuhan’
dominorum
|
Akusatif : dominum ‘tuhan’ (objek)
Jamak
Nominatif : domini ‘tuhan-tuhan’
Genitif : dominorum
liber ‘buku (milik) tuhan-tuhan’
Dominorum
Datif : dominis ‘kepada
tuhan-tuhan’
Akusatif : dominos ‘tuhan-tuhan’
Sekarang kita lihat contoh deklinasi
aktifa dalam bahasa Jerman. Ajektifa dalm bahasa Jerman mempunyai tiga macam
konstruksi, yaitu:
Pertama,
konstruksi aktifa+nomina tanpa kata sandang atau pronomina apa-apa di daepannya (yaitu “deklinasi kuat dari ajektifa)
perhatikan bentuk tunggal dan bentuk jamaknya!
Tunggal Maskulin Feminin Neutrum
‘laki-laki baik’ ‘wanita baik’ ‘anak baik’
Nominatif :
guter Mann gute Frau gutes Kind
Genitif
: guten Mannes guter Frau guten Kindes
Datif
: guten Manne guter Frau guten Kind (e)
Jamak Semua Jenis
Nominatif : gute
Manner/Frauen/Kinder
Genitif : guter
Manner/Frauen/Kinder
Datif
: guten Manner/Faruen/Kindem
Kedua,
berkonstruksi kata sandang definit + ajektifa + nomina (yaitu “ deklinasi
lemah” dari ajektifa).
Tungal maskulin feminin neutrum
Nominatif : der
gute Mann die gute Frau das gute
Kind
|
Datif
: des guten Mann (e) der guten Frau des guten Kind(e)
Jamak Semua Jenis
Nominatif : die
guten Manner/Frauen/Kinder
Genitif : der
guten Manner/Frauen/Kinder
Datif : den
guten Manner/Frauen/Kindem
Ketiga,
berkonstruksi kata sandang indekfinit + ajektifa +
nomina (yaknu deklinasi campuran kuat dan lemah).
Tunggal Maskulin Feminin Neutrum
Nominatif : ein
guter Mann eine gute Frau ein gutes Kind
Genitif : einer guten Manner einer guten Fru eines
guten Kindes
Datif
: einen guten Manne einer guten Frau eines guten Kind(s)
Bahasa
Indonesia bukanlah bahasa berfleksi. Jadi, tidak ada masalah bagi konyugasi dan
deklinasi dalam bahasa Indonesia. Namun, banyak penulis Barat termasuk Verhaar
(1978) menyatakan bentuk-bentuk seperti membaca, dibaca, terbaca, kaubaca dan
bacalah adalah paradigma infleksional. Dengan kata lain, bentuk-bentuk tersebut
merupakan kata yang sama, yang berarti juga mempunyai identitas leksikal yang
sama. Perbedaan bentuknya adalah berkenaan dengan modus kalimatnya. Dengan
demikian, me-,di-,ter-,ku- dan kau- adalah infleksional.
- Derivatif
Pembentukan secara derevatif atau derivisional
merupakan pembentukan kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama
dengan kata dasarnya. Contohnya dalam bahasa Indonesia dapat diberikan,
misalnya dari kata air yang berkelas
nomina dibentuk menjadi mengairi yang
berkelas verba. Kemudian dari kata makan yang
berkelas verba dibentuk kata makanan yang
berkelaas nomina.perbedaan identitas leksikal terutama berkenaan dengan makna, sebab
meskipun kelasnya sama seperti kata makanan
dan pemakan, yang sama-sama
berkelas nomina, tetapi maknanya tidak sama.
|
ber
atur an
dari
bagan pembentukan diatas dapat dilihat bahwa kata dalam bahasa Indonesia beraturan terjadi dalm dua tahap yaitu
mula-mula pada dasar atur diimbuhkan sufiks –an menjadi aturan .
setelah iru dasar aturan itu diimbuhkan pula denga prefiks ber- sehingga terbentuklah kata , yang memiliki arti “mempunyai aturan”.
2.4 Klasifikasi Kata
Istilah lain yang biasa dipakai untuk klasifikasi kata
adalah penggolongan kata, atau penjenisan kata. Dalam peristilahan bahasa Inggris disebut part of spech. Klasifikasi kata dpat dibagi berdasarkan :
1.
Kriteria makna
atau semantik
Kriteria makna atau semantik dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kelas kata sebagai berikut :
a.
Kelas verba
Kelas verba merupakan kelas kata yang menggambarkan
proses, perbuatan, atau keadan. Juga sering disebut dengan kata kerja.contohnya
belajar, meledak dan sebagainya.
b.
Kelas nomina
|
Kelas nomina merupakan kelas kata dalam bahasa
Indonesia ditandai oleh tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak. Juga sering berfungsi sebagai
subjek atau objek dari klausa. Comtohnya rumah, kucing, meja dan sebagainya.
c.
Kelas ajektifa
Kelas ajektifa merupakan kata yang menerangkan
nomina(kata benda) dan secara umum dapat digabung dengan kata lebih dan sangat.
Contohnya beret, pendek, panjang dan sebagainya.
2.
Kriteria fungsi
Kriteria fungsi dapat digunakan untuk mengidentifikasi
kelas kata sebagai berikut :
a.
Kelas preposisi
Kelas preposisi merupakan kata yang bisa terdapat di
depan nomina. Contohnya dari, dengan,di dan ke.
b.
Kelas konjugsi
Kelas konjungsi merupakan kata atau ungkapan
penghubung antarkata,antarfrasa,anatarklausa,dan
anatarkalimat. Contohnya dan, sebaliknya dan karena.
c.
Kelas adverbia
Kelas adverbia merupakan kata yang memberikan
keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif atau kalimat. Contohnya
sangat, lebih, dan tidak.
d.
Kelas pronomina
|
Kelas pronomina merupakan kata yang digunakan untuk
menggantikan orang atau benda. Contohnya aku, engkau, dan dia.
e.
Kelas numeralia
Kelas numeralia merupakan kata yang menyatakan
bilangan, jumlah, nomor, urutan, dan himpunan. Contohnya satu, dua, tiga dan
sebagainya.
f.
Kelas artikulis
Kelas artikulis atau kata sandang merupakan kata-kata
yang berfungsi sebagai penentu atau pendefinitifkan sesuatu nomina,adjektifa,
atau kelas lain. Contohnya si manis.
g.
Kelas interjeksi
Kelas interjeksi merupakan kata-kata
mengungkapanperasan batin. Contohnya kata-kata singkat seperti wah,cih, dan
sebagainya. Kemudian kata-kata biasa seperti alhamdulillah.
h.
Kelas partikel
Kelas partikel merupakan kata yang biasanya tidak
dapat diderivasikan atau diinfleksikan,
mengandung makna gramatikal dan tidak mengandung makna leksikal, termasuk
didalamnya artikel, konjungsi, preposisi,dan interjeksi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut KBBI
(2008 : 633) kata
merupakan morfem atau kombinasi morfem yang oleh bangsawan dianggap sebagai
satuan terkecil yang dapat diujarkan dalam bentuk bebas atau satuan bahasa yang
dapat berdiri sendiri yang terjadi dari morfem tunggal atau gabungan morfem.
Para tata bahasawan tradisional biasanya memberi pengertian terhadap kata
berdasarkan arti dan ortografi. Sedangkan para tata bahasawan struktural
terutama penganut Bloomfield memberi pengertian tentang kata berdasarkan
batasan kata yang dibuat mereka . Merujuk dari pendapat di atas dapat penulis
simpulkan bahwa kata pada hakikatnya
merupakan satuan gramatika terkecil yang merupakan gabungan dari beberapa suku
kata sehingga memiliki satu arti ataupun pengertian.
Batasan-batasan yang digunakan dalam pembentukan kata
Setiap kata mempunyai susunan fonem yang urutannya tetap dan tidak berubah
serta tidak dapat diselipi atau diselang oleh fonem lain. Serta setiap kata
mempunyai kebebasan berpindah tempat di dalam kalimat, atau tempatnya dapat
diisi atau digantikan oleh kata lain atau juga dapat dipisahkan dari kata
lainnya. Selain itu Ada dua sifat yang digunakan untuk pembenmtukan kata yaitu Inflektif
merupakan perubahan bentuk kata dalam bahasa fleksi yang menunjukkan berbagai
hubungan gramatiakal seperti deklinasi, nomina, pronomina, adjektiva dan
konjungasi. Sedangakan derivatif merupakan sifat dalam membentuk kata baru ,
kata yang leksikalnya tidak sama dengan kata dasar.
|
|
Adapun
saran yang diberikan pada akhir makalah ini adalah sebagai berikut :
- Mahasiswa
Dengan mengetahui beberbagai macam persoalan tentang kata mulai dari hakikat kata, batasan
kata, pembentukan kata, serta klasifikasi kata. penulis harapkan kepada
mahasiswa hendaknya agar dapat menggunakan ilmu yang di dapat dari makalah ini
dengan sebaik-baiknya terutama dalam mengajarkan serta mengaplikasikan pada siswa-siswinya
nanti pada saat menjadi seorang guru.
- Dosen
Dengan tambahan ilmu atau pun pembahasan yang dibuat
penulis ini. Hendaknya Bapak Ibu dosen lebih memberikan ilmu-ilmu atau masukan
dalam makalah ini tentang pembahasan yang dibuat oleh penulis agar lebih
sempurna lagi.
- Penulis
Dengan makalah yang ini penulis hendaknya dapat
mengaplikasikan pembahasan makalah ini dengan sebaik-bainya agar ilmu-ilmu yang
didapat dalam penulisan ini dapat bermanfaat dan berguna bagi dirinya maupun
orang lain.
Daftar Pustaka
Moeliono. Anton M. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke IV. Jakarta :
PT Gramedia Pustaka Utama.
Alwi, Hasan. 2003. Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi ke III. Jakarta :
Balai Pustaka.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Edisi ke III. Jakarta : Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
Ramlan, M. 2009. Morfologi.
Yogyakarta : CV Karyono
http://www.goodreads.com/book/show/1789770.Kelas_Kata_dalam_Bahasa_Indonesia
( 3 November 2012)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar